Selasa, 03 April 2012

MICROSOFT MATHEMATIC....silahkan di coba

Pecahkan Berbagai Soal dengan Microsoft Mathematics
KOMPASIANA

Pecahkan Berbagai Soal dengan Microsoft Mathematics

User Rating: / 2
PoorBest 
Persamaan matematika, tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kalkulator. Pasti banyak siswa SMA ataupun siswa perguruan tinggi yang mungkin dapat dikatakan pemalas ingin secara instan dan tidak bertele-tele dalam menyelesaikan bermacam-macam tugas matematika mereka yang tidak dapat dibantu oleh kalkulator. Banyak yang bertanya “Equation” yang disediakan microsoft word mungkin membantu, tetapi tetap tidak semua permasalahan matematika yang dapat diselesaikannya. Atau microsoft excel? Ya, segala jenis persamaan matematika dapat diselesaikan dengan yang satu ini. Akan tetapi masalahnya, terlalu banyak formula yang membuat kita pusing menggunakannya. Untuk menggunakan formula tersebut, bisa jadi lebih repot daripada mengerjakan suatu persamaan sendiri. Lalu? Apa solusi yang terbaik? Syukurlah, microsoft telah mengeluarkan aplikasinya yang bernama “Microsoft Mathematics”.  Bukan hanya persamaan yang dapat diselesaikan, tetapi aplikasi ini juga menyediakan berbagai macam rumus. Belum lagi tersedia alat untuk mengkonversi satuan.
Soal-soal matematika yang dapat diselesaikan oleh alat ini meliputi pra-aljabar, aljabar, trigonometri dan kalkulus. Dan tentu saja tidak berhenti sampai disitu, aplikasi buatan microsoft ini juga dapat menyelesaikan soal-soal fisika bahkan kimia dilengkapi dengan fitur grafik. Bisa juga mengkonversi dari satu sistem unit yang lain, mengevaluasi segitiga, dan juga memecahkan sistem persamaan.
Aplikasi ini juga menyediakan grafik atau diagram kartesius dalam bentuk 2D (x dan y) maupun 3D (x, y dan z). Berbeda dengan microsoft excel yang langsung menampilkan hasil setelah formula diketik, Microsoft Mathematics menampilkan instruksi serta tahap demi tahap (step by step) dari proses penyelesaian soal. Tentu sangat membantu bukan bagi pekerjaan rumah siswa? Tetapi sebaiknya jangan digunakan jika hanya mempermalas kita dalam mengerjakan tugas, kecuali dalam situasi terdesak seperti deadline atau sebagainya.
Jika tidak disalahgunakan, Microsoft Mathematic fungsinya sangat luar biasa. Satu set aplikasi matematika ini dapat membantu kita jika tidak mengerti bagaimana cara memecahkan suatu soal yang rumit. Setelah soal tersebut kita tulis, kita dapat mengerti penyelesaiannya dan siswa dapat memahami konsep-konsep dalam mengerjakan soal tersebut, jadi tidak perlu lagi mencari guru privat ataupun bimbingan belajar yang notabene mengeluarkan lebih banyak dana. Mungkin, bagi para guru atau dosen juga perlu untuk memiliki aplikasi ini untuk diterapkan pada saat proses belajar mengajar dikelas demi kemajuan pendidikan indonesia kedepannya. Untuk para karyawan yang berkutat dibagian hitung menghitung (eksak) seperti insinyur, akuntan, dan lain-lain fungsi Microsoft Mathematics juga tidak kalah penting bagi mereka.
Dijamin, tidak ada kalkulator genggam dimanapun, keluaran perusahaan apapun yang menandingi kemampuan dari Microsoft Mathematics. Jika anda tertarik dengan aplikasi ini, dapat di download dari situ resmi microsoft Microsoft Mathematics. Dijamin kemampuan aplikasi ini dapat anda pergunakan di su

Minggu, 01 April 2012

JANGAN TAKUT PADA UN..

Jangan Anggap UN Menakutkan
Gandang Sajarwo | Lusia Kus Anna | Sabtu, 31 Maret 2012 | 10:44 WIB

Dibaca: 2018

|
Share:
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO ilustrasi ujian nasional
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Ujian nasional (UN) bagi sebagian besar siswa masih dianggap menakutkan, bahkan menjelang UN para guru dan orangtua pun merasa tertekan. Kondisi ini sebenarnya justru kontraproduktif. Sebab, perasaan tertekan itu dapat berpengaruh negatif secara fisik maupun psikologis.
Untuk sukses menghadapi UN, siswa, guru, dan orangtua perlu mengubah pola pikir bahwa UN bukanlah sesuatu yang menakutkan. "Jika UN dianggap sebagai sesuatu yang berat maka akan menjadi berat. Jika UN dianggap seperti hantu maka akan menyebabkan siapa pun ketakutan," kata Agus Nugroho Setiawan, master of trainer achievement motivation, di acara pembekalan menjelang UN kepada siswa SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan, Magelang, Jumat (30/3/2012).
Kepada para siswa, Agus berpesan agar menganggap ujian sebagai kebutuhan untuk mengukur kemampuan dan kompetensi diri. Sekolah juga harus menganggap ujian sebagai sarana untuk mengukur kinerja guru dan sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
"Jika siswa, guru, dan sekolah menganggap UN sebagai sebuah kebutuhan, maka UN justru akan dinanti kehadirannya dan dihadapi dengan perasaan senang hati, tanpa tekanan, dan terbebani sehingga hasilnya jauh lebih optimal," tambah Agus.
Setelah mengubah pola pikir, diperlukan niat dan keyakinan bahwa setiap siswa mampu mencapai kesuksesan tersebut. Hal ini akan memberikan energi positif dan semangat. Dukungan dari guru, sekolah, dan orangtua akan sangat membantu siswa dalam hal ini.
Selain itu, untuk mencapai kesuksesan, siswa harus mempunyai tujuan dan target yang jelas karena tujuan akan memberikan arah dan jalan. "Jika tujuan akhir siswa adalah lulus UN dengan nilai yang baik, maka tujuan tersebut akan memberikan arah dan jalan," tambahnya.
Selanjutnya, jika tujuan akhir sudah ditetapkan, maka diperlukan pengelolaan waktu yang baik agar siswa lebih fokus. "Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan, orang-orang besar dapat mencapai kesuksesan karena mampu mengelola waktu dengan baik dan fokus untuk mencapai impiannya tersebut," lanjut Agus.
Agus juga menegaskan agar tidak hanya melihat kesuksesan orang. "Sering kali kita hanya melihat kesuksesan orang hanya pada hasil akhirnya saja, kita sering lupa bagaimana perjuangan orang tersebut untuk mencapai sukses," katanya.

SNMPTN...?

Penerimaan Mahasiswa Baru
SNMPTN Perlu Prioritaskan Siswa di Daerah Terpencil
Ester Lince Napitupulu | Marcus Suprihadi | Minggu, 1 April 2012 | 17:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang diubah hanya lewat jalur undangan tahun 2013 nanti perlu memprioritaskan siswa di daerah terpencil yang umumnya miskin. Sebab, mereka mendapatkan layanan pendidikan yang belum baik, sehingga perlu ada keberpihakan dari pemerintah.
"Sekolah berakreditasi A atau B yang bisa berpeluang lebih banyak siswa ke SNMPTN undangan biasanya kondisi sekolah memang bagus. Umumnya itu di perkotaan. Jangan siswa di daerah terpencil yang sebenarnya berpotensi tidak diprioritaskan," kata pengamat pendidikan dan ahli evaluasi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) S Hamid Hasan, Minggu (1/4/2012).
Hamid mengatakan, SNMPTN jalur undangan memang lebih konsisten karena menilai calon mahasiswa lebih menyeluruh. "Ke depan, ini bisa memacu siswaSMA/SMK belajar setiap saat, tidak hanya ketika mau UN. Kalau soal mark up nilai, PTN sudah punya sistem untuk mendeteksinya. Ke depan harus terus dikembangkan," kata Hamid.
Namun, Hamid mengingatkan agar siswa dari daerah terpencil dan pedesaan tetap diprioritaskan. Sebab, siswa di daerah terpencil umumnya belum mendapatkan fasilitas dan layanan pendidikan yang baik seperti di perkotaan, padahal mereka juga sebenarnya berpotensi akademik yang baik.
"Mesti ada prioritas dan jaminan, siswa dari daerah terpencil yang juga miskin bisa terjaring. Akereditasi sekolah kan dilihat juga dari kondisi sekolah. Jangan mereka yang sebenarnya berpotensi jika diberi fasilitas dan layanan pendidikan yang baik, tersisihkan," ujar Hamid.
Amril Muhammad, Sekretaris Jenderal Asosiasi Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa Nasional, mengatakan sebenarnya pemerintah tidak perlu mengutak-atik pola penerimaan SNMPTN jalur undangan dan tuis. "Yang tulis tetap perlu juga. Kasihan, anak-anak lain yang mau mencoba SNMPTN jadi terbatas. Peluang yang ada hanya bisa lewat jalur mandiri, yang artinya ya tetap untuk orang yang berduit," kata Amril.
SMKN 1 Pelabuhan Ratu, Lulusannya Diburu Perusahaan
| Lusia Kus Anna | Sabtu, 31 Maret 2012 | 10:03 WIB
|
Share:

Kompas/Lasti Kurnia
Siswa SMKN 1 Palabuhanratu bersama guru pembimbing mereka di salah satu kapal di Dermaga Palabuhanratu, Sukabumi, Kamis (15/3). Lulusan SMKN ini banyak dicari perusahaan pelayaran luar negeri untuk magang selama tiga tahun.

TERKAIT:
Penulis: Ester Lince Napitupulu

Fasilitas sekolah berbasis keahlian kelautan dan pelayaran yang minim tidak membuat SMKN 1 Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menghasilkan lulusan yang asal-asalan. Buktinya, sejak tahun 1999 hingga kini, lulusan SMKN 1 Palabuhanratu diburu perusahaan luar negeri.

Lulusan sekolah ini terutama ditawari bekerja di kapal perikanan, mulai sebagai nakhoda, anak buah kapal, teknisi, hingga pengolahan ikan.

Bahkan, lulusan SMKN 1 Palabuhanratu yang bekerja di Jepang dipuji. Sebab, lulusan sekolah ini dinilai memiliki kesiapan fisik dan mental yang dibutuhkan perusahaan perkapalan perikanan di Jepang. Sejak tahun 1999, pengiriman lulusan SMKN 1 Palabuhanratu untuk bekerja di perusahaan perkapalan perikanan di Jepang terus berlanjut.

”Permintaan terhadap lulusan sekolah kami bukan saja dari Jepang. Tawaran kerja dari perusahaan di Korea Selatan dan Taiwan mulai berdatangan. Perusahaan tidak melirik yang sudah lulus saja, tetapi juga yang mau praktik kerja industri,” kata Ade Santana, Kepala SMKN 1 Palabuhanratu. Perusahaan pengolahan ikan dari Taiwan meminta 50 lulusan tiap tahun.

Meski sekolah hanya memiliki satu kapal kayu sebagai kapal latih, yang kini rusak berat, sekolah tetap berusaha membekali siswa dengan pengetahuan soal perkapalan, pelayaran, dan kelautan. Fasilitas bengkel dan laboratorium juga tidak memenuhi standar. Kesempatan praktik industri di kelas dua selama minimal tiga bulan di sekitar Palabuhanratu hingga Bali, Ambon, atau Sorong menjadi ajang belajar siswa tentang pekerjaan di laut.

Dapat uang
Dalam masa praktik kerja industri yang berlangsung 3 bulan sampai 9 bulan, siswa dibayar. Kesempatan magang ini menjadi jalan keluar bagi siswa tidak mampu mendapat tambahan uang untuk membayar uang sekolah atau menabung untuk persiapan kerja ke luar negeri.

Siswa dibimbing oleh sejumlah guru honor yang berpengalaman kerja di kapal perikanan di Jepang. Hal ini yang membuat siswa SMKN 1 Palabuhanratu mampu menjadi pelaut ulung di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sekolah.

Sekolah kelautan/pelayaran yang berlokasi tak jauh dari pelabuhan ikan Palabuhanratu ini mengalami nasib hampir sama dengan sekolah pertanian, yaitu tak dilirik anak-anak muda. Ditambah lagi, keberpihakan pemerintah terhadap kelautan tak maksimal. Akibatnya, peluang kerja terbuka lebar di negeri orang lain.

Ade menjelaskan, awal Januari, perusahaan luar negeri sudah berdatangan ke sekolah untuk menyeleksi siswa. Seleksi berikutnya dilakukan seusai siswa ujian, sekitar Mei. ”Tiap tahun lebih dari 30 siswa terpilih bekerja di perusahaan perkapalan perikanan di Jepang. Tadinya, perusahaan ini memercayakan penyeleksian kepada guru. Tetapi, kami meminta menyeleksi sendiri supaya bisa memilih siswa yang pas,” kata Ade.

Bekerja di tengah laut selama tiga tahun memang tidak mudah. Untuk itu, siswa dibiasakan dengan pendidikan disiplin yang kuat atau semimiliter.

Setiap hari, digelar upacara yang diselingi kegiatan fisik selama dua kali pada pagi dan siang hari. Pada sore hari, ada kegiatan ekstrakurikuler siswa.

”Dari awal, siswa sudah disiapkan untuk menghadapi dunia kerja di laut yang butuh kedisiplinan serta kekuatan mental dan fisik. Buahnya, siswa kami terus dipakai oleh perusahaan luar untuk ikut praktik kerja,” ujar Ade.

Anggun Gusnawan, guru honor bahasa Jepang dan bagian kesiswaan, mengatakan, para siswa dibekali dengan pendidikan karakter untuk bekal bekerja nanti. Apalagi ada anggapan miring masyarakat soal pekerja di laut yang sering tergoda dalam kegiatan negatif perjudian, mabuk, dan hubungan seks bebas.

”Kami bekali siswa agar bisa punya benteng iman yang kuat. Saya motivasi siswa supaya memakai kesempatan kerja di luar negeri itu untuk belajar dan menyiapkan bekal hidup di Indonesia nanti. Jadi bukan untuk hura-hura sehingga gaji amblas,” ujar Anggun yang pernah menjalani ikatan kerja selama tiga tahun di kapal Jepang.

Menurut Anggun, tenaga kerja asal Indonesia disukai karena mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat Jepang. Jika tenaga kerja Indonesia terus menunjukkan kemampuan yang baik, ke depan Indonesia harus punya daya tawar yang baik dalam hal penggajian dan fasilitas kerja.

Sertifikat internasional

Mengenyam pendidikan di SMK yang berbasis keahlian pelayaran/kelautan tidak hanya butuh ijazah yang didapat jika lulus ujian nasional. Ada sertifikat internasional yang mesti dipunyai siswa supaya bisa bekerja hingga ke luar negeri.

Siswa dengan program keahlian nautika kapal penangkap ikan, nautika kapal niaga, dan teknika perikanan laut (bagian mesin) sejak di kelas dua sudah harus punya buku pelaut sebagai surat izin siswa berlayar. Buku pelaut ini dibutuhkan supaya siswa di kelas dua bisa menjalankan praktik kerja industri di perusahaan pelayaran niaga atau perikanan.

Di kelas tiga, siswa harus mengambil ujian ahli nautika kapal penangkap iklan (Ankapin 2) untuk siswa program keahlian nautika kapal ikan serta ahli teknika kapal ikan (Atkapin 2) untuk program keahlian teknika perikanan. Siswa program keahlian pengolahan hasil laut perlu sertifikat hazard analysis and critical control point untuk unit pengolahan ikan.

Siswa yang direkrut kerja di kapal perikanan mendapat gaji 170 dollar AS-190 dollar AS per bulan di luar biaya lain, termasuk uang lembur. Gaji meningkat seiring lamanya bekerja. Kontrak kerja berlaku selama tiga tahun.

Di sekolah ini, siswa dari program teknologi pengolahan hasil perikanan diajari membuat beragam produk makanan dari bahan dasar hasil laut untuk menambah nilai jual. Dengan peralatan kerja yang sederhana, siswa mengolah ikan dari sekitar Palabuhanratu menjadi abon ikan, bakso, nugget, sosis, dan burger. Namun, produksi tidak rutin karena terkendala fasilitas kerja dan kemampuan guru.

Awalnya, tak banyak siswa sekitar Palabuhanratu yang melirik SMK berbasis keahlian pelayaran/kelautan ini. Masyarakat yang umumnya nelayan menganggap tak perlu pendidikan khusus untuk bekerja di laut. Namun, peluang kerja bagi lulusan perlahan mengubah sikap masyarakat. Kini, 70 persen siswa berasal dari sekitar Palabuhanratu. Keinginan mengubah masa depan keluarga lewat pendidikan menguat. Siswa sekolah kini tercatat berjumlah 380 orang.

Sekolah berencana membuka program keahlian budidaya rumput laut. Potensi rumput laut cukup menjanjikan.

Sekolah juga butuh dukungan pemerintah daerah dan pusat karena biaya sekolah siswa Rp 100.000 per bulan saja tak sampai 50 persen siswa yang mampu membayar. Padahal, sekolah perlu membangun bengkel dan biaya operasional kapal untuk praktik siswa.